Perkembangan metaverse dan artificial intelligence semakin pesat di dunia bisnis. Sejumlah perusahaan bahkan telah mengadopsi penggunaan metaverse dan AI untuk pengelolaan sumber daya manusia mereka..

Della Achmad Fawaz, selaku Founder OSA Consulting Indonesia, menyebutkan, sudah banyak perusahaan yang membuka tahap rekrutasi karyawan secara online menggunakan Metaverse. Dengan penerapan metaverse itu, orang-orang dapat bergabung secara virtual dengan karakter metaverse masing-masing, untuk mencari pekerjaan dan berinteraksi secara spontan dengan HR tiap perusahaan. 

Penggunaan metaverse dan AI disampaikan Della saat mengisi seminar bertajuk “Human Capital Preparation in Facing Metaverse and Artificial Intelligence” yang digelar secara hibrid oleh Keluarga Mahasiswa Manajemen (KMM SBM ITB) di Auditorium Lantai 2, Gedung SBM ITB pada Senin (27/2). Traveloka turut mensponsori seminar tersebut.

Para pembicara dan Ketua Program Studi Sarjana Manahemen SBM ITB, Achmad Fajar Hendarman, juga Presiden KMM SBM ITB Fauzan Khalil Ramadhan

Selain Della, turut hadir Nur Islami Javad, the Co-Founder of Gajah Crypto, dan Aldo Rambie, dari Head of Industry Meta Indonesia, were also present. Seminar dibuka oleh Ketua Program Studi Sarjana Manajemen SBM ITB, Achmad Fajar Hendarman, yang juga menjadi pembicara dalam seminar.  

Menurut para pembicara, tidak hanya saat rekrutasi, masa on boarding karyawan baru pun sudah menggunakan metaverse layaknya virtual office tour. Deloitt telah mengimplementasikan hal tersebut. Townhall perusahaan juga dilakukan dengan Metaverse. 
Dengan kemajuan teknologi, Human Resource (HR) secara otomatis harus bisa beradaptasi dengan teknologi. HR adalah divisi yang mengutamakan keahlian talent dan mengelola sumber daya. 

Kini, HR harus berkolaborasi dengan teknologi seperti Metaverse dan Artificial Intelligence agar dapat bertahan dan berevolusi. 
Untuk mengadaptasi teknologi Metaverse, diperlukan adanya pola pikir metaverse yang dimiliki setiap stakeholder yang mengembangkan dan mengadaptasinya. Pola pikir itu adalah pola pikir pertumbuhan, pola pikir metaverse, dan pola pikir digital.   

Pola pikir digital sangat diperlukan karena transformasi digital berpusat pada talent (manusia), bukan dari teknologinya. Selain itu, dengan memiliki digital mindset, individu akan memahami strategi digitalisasi yang mampu menambah nilai,  meningkatkan customer experience, menghemat waktu, meningkatkan produktifitas, dan meningkatkan keuntungan. 

Pembicara and peserta dari KMM SBM ITB
Kontributor: Defrina Dwifani, MSM 2022