SBM ITB sukses menggelar ekskursi bagi mahasiswa SBM ITB Angkatan 2022 ke Kulon Progo, Jawa Tengah, pada 1-5 Mei 2023. Selama lima hari mahasiswa berbaur dengan warga setempat. Terdapat 22 desa yang menjadi tempat para mahasiswa melaksanakan ekskursi ini. 

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 17 sampai 18 orang. Masing-masing kelompok tinggal di satu desa. 

Perjalanan dari Bandung menggunakan kereta api. Sesampainya di Stasiun Wates, mahasiswa melanjutkan perjalanan ke rumah tinggal di desanya masing-masing menggunakan Elf. Pada hari pertama mahasiswa fokus menjelajahi geografi desa dan berkenalan dengan warga setempat. 

Saat mengobrol dengan beberapa orang di desa, mahasiswa mendapatkan informasi umum mengenai aktivitas dan permasalah utama desa tersebut. Pada malam harinya mahasiswa melakukan evaluasi bersama dan menentukan permasalahan atau isu apa saja yang ada di desa beserta pemetaan batas demografi desa tersebut.

Pada hari kedua dan ketiga, mahasiswa fokus melakukan pendekatan intens dengan beberapa warga. Pendekatan dilakukan dengan cara membantu pekerjaan yang sedang dilakukan oleh warga tersebut. 

Contohnya, banyak mahasiswa ikut membantu panen cabai dan sayuran di Desa Garongan. Mereka juga ikut memotong akar sayuran, sampai menjualnya ke tengkulak. Ada juga yang membersihkan kandang kambing dan memberi pakan kambing. 

Di sela-sela membantu pekerjaan, mahasiswa bisa mengobrol dengan orang tersebut dan menggali informasi terkait permasalahan atau isu di desa tersebut. Hasil dari semua informasi yang dikumpulkan disatukan dalam kerangka budaya yang berisi enam elemen yaitu bahasa, budaya, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem kepercayaan, teknologi, dan mata pencaharian.

Selama kegiatan ekskursi, mahasiswa memiliki tugas untuk melakukan kegiatan yang memberikan dampak pada komunitas di desa tersebut. Kegiatan harus mencerminkan pengamalan sila pancasila. Kegiatan tersebut diantaranya mengunjungi sekolah-sekolah dan memberikan pengajaran mengenai pancasila, Bahasa Inggris, dan lainnya. 

Beberapa mahasiswa membuat permainan untuk anak-anak. Di antaranya balap sarung, uler-uleran, kata simon, sepak bola, dan lainnya. Diharapkan dengan adanya permainan tersebut mengajarkan anak-anak untuk bekerja sama dan bersatu, salah satu cerminan dari sila pancasila. Pada hari keempat dan kelima, mahasiswa juga fokus mengambil video untuk tugas film etnografi dan vlog harian.  

Dosen pendamping ekskursi ini, Bambang Rudito, menyatakan SBM memilih Kulon Progo karena keberagaman aktivitas di kawasan pesisir tersebut. Keberagaman aktivitas mencakup aktivitas nelayan, petani, dan lainnya. “Di Kulon Progo itu sangat beraneka ragam dan diharapkan mahasiswa bisa mendapat pengalaman yang nyata terhadap budaya, bukan hanya sebatas teori,” ucap Pak Bambang. 

Ke depan kampus akan mengganti lokasi ekskursi. Semulanya di area pesisir menjadi area pegunungan. 

Mahasiswa SBM ITB bersama penduduk desa
Kontributor: Zahira, Manajemen 2025