Populasi manusia di dunia pada tahun 2050 diprediksi akan meningkat signifikan. Sejalan dengan itu, kebutuhan protein hewani bagi manusia juga meningkat.  

Data Our World in Data menunjukkan daging ikan merupakan penghasil emisi karbon terendah dibandingkan daging ayam, daging babi, daging domba, dan daging sapi. Daging ikan juga memiliki rasio konversi pakan paling efisien dengan rasio 1,1 dibandingkan protein hewani lainnya. Artinya sebanyak 100 kilogram pakan yang diberikan pada ikan dapat menghasilkan 88 kg daging ikan untuk dikonsumsi. Untuk itu, ikan bisa menjadi sumber protein bagi manusia yang paling ramah lingkungan. 

Indonesia berpeluang menjadi produsen ikan terbesar di dunia. Pada 2020 Indonesia menjadi negara akuakultur terbesar kedua di dunia dengan produksi ikan mencapai 13 ribu ton. Indonesia masih tertinggal jauh dari Cina yang menjadi produsen ikan terbesar dunia, dengan produksi 80 ribu ton per tahun. 

Peluang Indonesia menjadi negara akuakultur terbesar di dunia dimanfaatkan oleh eFishery untuk membuat produk dukungan bagi petani dan ekosistem budidaya ikan dan udang. Demikian disampaikan oleh Diajeng Reisa, Head of Fund and Operation e-Fishery dan Imam Akbar Ilham, Fund BD & Partnership Jr. Manager e-Fishery saat mengisi kuliah tamu Service Science pada Program Magister Sains Manajemen SBM ITB pada Jumat (14/4). 

Dalam kuliah tamu tersebut, kedua pembicara mengusung tema “Digitalisasi Industri Akuakultur untuk Pangan Indonesia yang Berkelanjutan.” Menurut mereka, e-Fishery mencari akar permasalahan dan menyusun strategi solusi yang tepat lewat riset.

Dosen pengampu mata kuliah tersebut, Santi Novani, berharap sesi tersebut bisa menjadi bekal mahasiswa dalam menyusun tesis.  

Diajeng Reisa, the Head of Fund and Operation e-Fishery, and Imam Akbar Ilham, Fund BD & Partnership Jr. the e-Fishery Manager, dalam sesi kuliah tamu Service Science di Program MSM ITB
Kontributor: Aliva Rachma Delia, MBA YP 67