Dosen SBM ITB, Prameshwara Anggahegari bersama timnya, yaitu Dr. N. Nurlaela Arief, Melia Famiola Hariadi, Ph.D dan Amilia Wulansari, M.Si., menorehkan prestasi baru bagi SBM ITB. Prameshwara dan tim berhasil menjuarai kompetisi i5 Grant Competition for Innovative Pedagogy 2023 yang diselenggarakan oleh PRME Chapter ASEAN. Kompetisi ini diikuti oleh peserta dari beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Vietnam dan Thailand. Dalam kesempatan wawancara bersama Tim Marketing dan Komunikasi SBM ITB pada Kamis (20/04/2023), Prameshwara membagikan perjalannya hingga dapat memenangkan kompetisi ini.

Berdasarkan penuturan Prameshwara, proses lomba berlangsung dengan sangat cepat. Sebelum kompetisi diadakan, para peserta mengikuti workshop yang berfokus pada lima hal yang membuat pengajaran menjadi lebih menyenangkan bagi mahasiswa maupun orang pada umumnya. Para peserta juga diajarkan bagaimana membuat pengajaran menjadi lebih bermakna, sehingga mahasiswa tidak hanya sekedar lulus atau mendapatkan nilai bagus, tapi juga bisa memberikan dampak.

“Dari pelatihan ini, kami diberi hanya satu hari untuk mempersiapkan presentasi. Saya pikir akan diberikan waktu lebih panjang, tapi ternyata setelah workshop kedua, besoknya harus sudah berkompetisi. Jadi saya semalaman membuat slide presentasi,” kata Prameshwara.

Dalam kompetisi ini, tim dosen SBM ITB mempresentasikan tentang salah satu mata kuliah yang diampunya, yaitu Social Entrepreneurship. Di mata kuliah ini, mahasiswa belajar tentang isu-isu keberlanjutan yang mempengaruhi berbagai komunitas dengan 60% kegiatan dilakukan di lapangan. Dosen berperan sebagai fasilitator dalam mata kuliah ini, mendampingi mahasiswa untuk mengamati dan belajar dari masyarakat dari jauh. Mata kuliah ini telah berjalan selama lebih dari lima tahun dan setiap tahunnya diperbarui.

“Selama lima tahun itu kami ‘membongkar-pasang’ silabusnya karena kami ingin memasukan banyak unsur, termasuk tentang SDG dan lima poin Innovative Pedagogy, terutama social engagement dan active interaction,” ujar Prameshwara. “Buat saya, learning should be fun, makanya saya menggunakan pendekatan-pendekatan yang informal,  berusaha membuat mahasiswa tertarik. Ternyata, hal-hal itu juga menjadi poin plus dalam penilaian kompetisi ini,” lanjutnya.

Budaya Innovative Pedagogy sendiri bukanlah hal baru di SBM ITB. Prameshwara mengaku bahwa dosen-dosen di SBM ITB selalu ditantang untuk berpikir jauh ke depan dalam membangun kurikulum, bagaimana hal tersebut akan berdampak pada pembelajaran. Selain itu, para dosen juga berusaha untuk membuat pembelajaran sebagai titik balik bagi mahasiswa, sehingga ada poin yang mereka pelajari. Tidak hanya di kelas saja, tapi juga nantinya punya impact yang luar biasa, terutama terhadap masyarakat.

“Ketika seseorang meng-empower orang lain, mereka akan merasa contentfulfilledhappy, nah itu yang saya ingin mahasiswa untuk alami dan rasakan. Saya encourage mahasiswa untuk melakukan kegiatan sosial seperti terjun sebagai sukarelawan ke masyarakat, itu akan punya efek yang bagus buat mahasiswa. Bukan hanya untuk ditulis di CV atau jadi portofolio, tapi juga secara mental,” kata Prameshwara.

Kedepannya, Prameshwara mengaku menjadi semakin tertantang untuk terus belajar dan mengasah kemampuan melalui pelatihan maupun kompetisi, terutama di skala internasional. Semangat ini didorong oleh keinginannya untuk tetap up-to-date dengan cara mengajar yang lebih inovatif, sehingga dapat terus membantu mahasiswa belajar dengan menyenangkan dan bermakna.

Kontributor: Janitra Nuraryani, Manajemen 2023